Hikmah Sejarah
keagungan sejarah berjalan dan membangun hari hari alim dan amil
Minggu, 06 Januari 2019
Alasan Istri di ceraikan
Selasa, 24 Juli 2018
Fitnah Ifki Ibunda Aisyah
Quraisy
Jumat, 20 April 2018
Abu Umarah, Islam karena darah
Apa gerangan yang sedang terjadi?
Singa itu mengamuk, mengaung dan hendak menghajar orang. Ini diawali oleh seorang wanita mantan budak ‘Abdullah bin Jud’an At-Taimi yang mengadu padanya.
Selasa, 17 April 2018
Habasyah I : Hijrah
Hijrah yang pertama pada tanggal 5 rajab 615M merupakan ujung dari perihnya hati Rasulullah ﷺ, beliau terpukul dan teraniaya menyaksikan siksaan terus menghujani para sahabat sedang rasulullah ﷺ sendiri mendapat perlindungan dari Abu Thalib. Hari demi hari, bulan demi bulan tekanan mereka semakin keras kepada kaum yang lemah, semakin terasa sempit kehidupan mereka di Makkah.
“seandainya kalian pergi ke negeri Habasyah, karena negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang tidak satupun dari rakyatnya yang terdzolimi dan bumi itu adalah bumi yang aman. Tinggallah kalian disana hingga Allah memberikan jalan keluar kepada kalian dari apa yang menimpa kalian”
Atas perintah rasulullah, berangkatlah rombongan yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita itu menuju bibir pantai As-Syuaibah yang jaraknya 90km dari Makkah untuk menyebrang menuju Habasyah dan kemudian mendapat perlindungan disana..
Hijrah menjadi bagian penting dalam alur hidup para sahabat, dimana ketakutan dan rasa sakit memuncak mengancam dan memaksa untuk pergi menyelamatkan jiwa dan agama. Meninggalkan harta benda dan keluarga terkasih.
Tidak remeh keputusan hijrah dan pengorbanannya para sahabat. Bedakan hijrah para sahabat dengan hijrahnya kids jaman now yang sudah merasa shalih dengan beberapa helai jenggot, atau jilbab yang beberapa senti lebih panjang, yang dengan bangga ia memamerkannya di sosial media.
Wallahu alam, tidak bermaksud menyinggung..
Senin, 09 April 2018
Habasyah II : Negosiasi
Ketenangan terpancar jelas dari air wajah Ja’far bin Abi Thalib saat datang menghadap panggilan Ashhamah bin Abjar yang bergelar Najasyi ‘sang raja Habasyah’.
“Agama baru apa yang kalian anut, yang menyebabkan kaum kalian terpecah menjadi dua. Kalian tidak masuk ke Agamaku (Nasrani Nasthuriyah), dan tidak pula masuk ke salah satu agama yang ada?”
Senin, 02 April 2018
Marahnya Ibnu Umar
“Tidak ada seorangpun yang mengikuti jejak-jejak Nabi saw di tempat-tempat persinggahan beliau sebagaimana Ibnu Umar” begitu tutur Ummul mukminin Aisyah menggambarkan betapa ittiba’nya ayah Bilal. Abdullah ibn Umar.
Apa saja yang dilakukan Rasulullah pastilah Ibn Umar menirunya dengan detail, dimana Nabi pernah melakukan sholat di suatu tempat, maka Ibn Umar akan sholat di tempat yang sama, sebagaimana Nabi berdoa dan makan seperti itupula Ibn Umar berdoa dan makan.
Dengan hati yang terbakar Abdullah bin Umar mendatangi anaknya yang seorang faqih Bilal bin Abdullah bin Umar, dan mencercanya. “Aku telah menyampaikan kepadamu Hadits dari Rasulullah akan tetapi engkau justru berani (membantah)!” marah Ibnu Umar karena mendapati ucapan Bilal anaknya yang menyelisihi Nabi.
Hari itu Ibnu Umar menyampaikan hadits
إذا استأذنت احدكم امرأته إلى المسحد فلا يمنعها
“Jika istri kalian meminta izin pergi ke masjid, maka janganlah menghalangi”
Tetapi dengan mengejutkan Bilal bin Abdillah mengatakan
والله لنمنعهنّ
“Demi Allah, Aku akan melarang mereka”
Tanpa sempat Bilal bin Abdullah memberikan hujjah atas perkataanya. Ibnu Umar sudah terlanjur marah karena mendapati perkataan anaknya tersebut, bahkan muncul cercaan yang belum pernah orang mendengar dari lisannya yang mulia.
Tidak salah keduanya dalam hal ini, bilal seorang yang faqih memiliki pandangan tersendiri dari hadits yang disampaikan ayahnya, memperhitungkan dengan nash yang lain, dengan manfaat dan mudhorot hingga sampai pada pemahaman yang berbeda, namun pemahamannya itu tidak disampaikan dengan bahasa dan cara yang baik, sehingga timbul reaksi keras dari ayahnya. Wallahu a’lam. Semoga ada manfaat yang dapat diambil dari kisah ini.
Khadijah Istri Teladan
Cemas dan penasaran, itulah yang terbesit di benak Khadijah binti Khuwailid saat sang suami Muhammad pulang dalam keadaan menggigil dan ketakutan. “selimuti aku, selimuti aku” pinta Muhammad dalam takutnya, tanpa banyak bertanya sang istri lantas menyelimutinya. Begitulah Khadijah istri Rasulullah yang mulia, kecerdasan dan kasih sayangnya nampak oleh siapa saja yang melihatnya.
Kecerdasan membuat ia memendam rasa ingin tahunya, tak tega rasanya mengejar pertanyaan ketika suami sedang gemetar ketakutan. Khadijah, bersamanya hilang setengah kesulitan. Barulah setelah ketakutan itu hilang, dari lisannya yang mulia Nabi menjelaskan apa yang telah dialaminya.
“Aku benar-benar menghawatirkan diriku” Nabi membagi beban kepada istrinya
Khadijah berkata dengan lembutnya “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena kamu adalah orang yang menyambung silaturahim, membantu orang lain, memberi mereka yang tidak mampu, memuliakan tamu, dan membantu saat tertimpa musibah”
kemudian Khadijah membawa beliau menemui Waraqah bin Naufal.
Khadijah adalah tempat Nabi berbagi masalah, tempat yang teduh saat hati terasa panas, tempat yang luas saat kesempitan menghampiri, sang istri adalah tempat dimana kepercayaan itu ada dan tempat untuk berbagi. Jika dewasa ini orang orang lebih suka pergi ke psikiater untuk berbagi dan menyelesaikan masalahnya, maka dimana pemeran khadijah pada hari ini?
Wanita mulia ini senantiasa menjadi sandaran nabi dalam lelahnya, hingga tahun-tahun kesedihan itu datang, 620 M tatkala mega merah itu mulai tampak, pertanda sang surya akan tenggelam, meninggalkan kesedihan dalam diri nabi, telah pergi sandarannya selama ini.. telah pergi cintanya... Khadijah Istri Muhammad
Ya Allah, Rahmatilah ibunda kami. Hanya kepada-Mu lah tempat bersandar.