Minggu, 06 Januari 2019

Alasan Istri di ceraikan



Kisah-kisah hebat  terkadang hanya lewat tanpa dapat kita memetik hikmah darinya, yang sebenarnya apabila kita mampu sedikit saja merenunginya maka sekelebatan kisah tadi mampu menjadi cambuk bagi kita untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan.

Begitu juga dengan kisah dari Uswatun hasanah kita, Nabi Ibrahim As. Sebenarnya kisah ini berpusat pada keluarga Ismail As, yaitu setelah meninggalnya Siti Hajar ibunda  Ismail, sedikit memberitahu saja, mungkin ada sejarah yang tercecer, penemuan terbaru dari Muhammad Sulaiman Al-Manshurfuri menyebutkan bahwa Siti Hajar bukanlah budak wanita yang hitam dan jelek seperti yang kita ketahui sebelumnya, melainkan ia adalah wanita merdeka, putri Fir’aun yag dihadiahkan pada Sarah karena mengetahui kemuliaan Sarah.

Kembali pada kisah keluarga Ismail, setelah wafat sang Ibunda,  ia dinikahkan dengan seorang wanita dari suku Jurhum, suku dari Yaman yang menetap bersama Ismail dan Hajar di Makkah. Tidak lama setelah pernikahannya itu sang ayah Ibrahim As yang tinggal di Palestina mengunjunginya di Makkah, namun pada kunjungannya kali ini Ibrahim tidak menemukan Ismail, hanya ada Istri dirumahnya, kemudian ia menanyakan bagaimana kabar mereka berdua, Istri Ismail mengeluhkan nasib mereka yang serba kekurangan. Maka Ibrahim menitipkan pesan melalui istrrinya agar Ismail mengganti palang pintu rumahnya. Setelah diberitau, Ismail mengerti akan isyarat sang Ayah, lantas ia menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan putri Mudhadh bin Amru, pemimpin kabilah Jurhum.

Ibrahim As dalam kunjungan berikutnya kembali tidak mendapati Ismail dirumahnya, hanya ada Istri, kemudian ia menanyakan bagaimana kabar mereka berdua, Istri Ismail menjawab dengan memuji Allah. Lantas Ibrahim menitipkan pesan agar Ismail memperkuat palang pintu rumahnya. Setelah mendengar pesan ayahnya, membuat Ismail semakin mantap menjalahi keluarga bersama Istri barunya.
Bagaimana tidak mantap? Ia memiliki istri yang pandai bersyukur.. apalagi jika istrinya cantik. MaasyaAllah.. bersama wanita tersebut, Ismail dikaruniai 12 orang anak yang kesemuanya laki-laki.
Begitulah kira kira yang mau penulis sampaikan, benar bukan muqaddimah di awal? bahwa serpihan kisah saja bisa menjadi cambuk bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Hayoo ibuk ibuk segera bertaubat.
..... Sebelum diceraikan ....

Selasa, 24 Juli 2018

Fitnah Ifki Ibunda Aisyah



Tahun 6 Hijrah, Ibunda Aisyah menuturkan kisah pilu yang ia alami hari itu, miris memang. Ia difitnah berzina dengan lelaki yang sama-sekali tidak pernah diajaknya bicara. Tidak pernah!

Quraisy

Tempat itu gersang, panas, bahkan teramat panas. Dingin teramat dingin pada malam harinya. Bukan sembarang manusia tahan hidup ditempat seperti itu. Dia yang mampu bertahan adalah manusia yang kokoh dan teruji. Quraisy adalah salah satunya, kaum ini menjadi kepala dari suku suku arab sekitar. Bukan main, Allah yang menunjuk mereka.. tidak akan pernah lupa diingatan masyarakat Arab saat 60.000 pasukan Abrahah luluh lantah oleh burung pembawa tanah api. Peristiwa yang mengangkat quraisy sebagai kaum Kabah –rumah tuhan- ketika orang-orang Arab berkata “Quraisy adalah keluarga Allah, Allah telah berperang untuk mereka dan melindungi mereka dari musuh”.

Jumat, 20 April 2018

Abu Umarah, Islam karena darah

Siang itu tidak seperti biasanya, lelaki gagah yang selalu menyapa orang yang dilewatinya itu sedang tidak ramah. Dia berjalan setengah berlari menghempaskan kaki kuatnya mengguncang bumi.
Apa gerangan yang sedang terjadi? 

Singa itu mengamuk, mengaung dan hendak menghajar orang. Ini diawali oleh seorang wanita mantan budak ‘Abdullah bin Jud’an At-Taimi yang mengadu padanya.

Selasa, 17 April 2018

Habasyah I : Hijrah

Hijrah yang pertama pada tanggal 5 rajab 615M merupakan ujung dari perihnya hati Rasulullah ﷺ, beliau terpukul dan teraniaya menyaksikan siksaan terus menghujani para sahabat sedang rasulullah ﷺ sendiri mendapat perlindungan dari Abu Thalib. Hari demi hari, bulan demi bulan tekanan mereka semakin keras kepada kaum yang lemah, semakin terasa sempit kehidupan mereka di Makkah.


“seandainya kalian pergi ke negeri Habasyah, karena negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang tidak satupun dari rakyatnya yang terdzolimi dan bumi itu adalah bumi yang aman. Tinggallah kalian disana hingga Allah memberikan jalan keluar kepada kalian dari apa yang menimpa kalian”


Atas perintah rasulullah, berangkatlah rombongan yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita itu menuju bibir pantai As-Syuaibah yang jaraknya 90km dari Makkah untuk menyebrang menuju Habasyah dan kemudian mendapat perlindungan disana..
Hijrah menjadi bagian penting dalam alur hidup para sahabat, dimana ketakutan dan rasa sakit memuncak mengancam dan memaksa untuk pergi menyelamatkan jiwa dan agama. Meninggalkan harta benda dan keluarga terkasih. 


Tidak remeh keputusan hijrah dan pengorbanannya para sahabat. Bedakan hijrah para sahabat dengan hijrahnya kids jaman now yang sudah merasa shalih dengan beberapa helai jenggot, atau jilbab yang beberapa senti lebih panjang, yang dengan bangga ia memamerkannya di sosial media.
Wallahu alam, tidak bermaksud menyinggung..

Senin, 09 April 2018

Habasyah II : Negosiasi

Ketenangan terpancar jelas dari air wajah Ja’far bin Abi Thalib saat datang menghadap panggilan Ashhamah bin Abjar yang bergelar Najasyi ‘sang raja Habasyah’.
“Agama baru apa yang kalian anut, yang menyebabkan kaum kalian terpecah menjadi dua. Kalian tidak masuk ke Agamaku (Nasrani Nasthuriyah), dan tidak pula masuk ke salah satu agama yang ada?”

Senin, 02 April 2018

Marahnya Ibnu Umar

Sesal terlintas di hati Bilal, bukan karena perkataanya yang membuat marah sang ayah, tetapi karena sudah terlanjur terucap sedangkan ia tidak memberikan alasan atas pendapatnya sebelum mengatakannya.

“Tidak ada seorangpun yang mengikuti jejak-jejak Nabi saw di tempat-tempat persinggahan beliau sebagaimana Ibnu Umar” begitu tutur Ummul mukminin Aisyah menggambarkan betapa ittiba’nya ayah Bilal. Abdullah ibn Umar.
Apa saja yang dilakukan Rasulullah pastilah Ibn Umar menirunya dengan detail, dimana Nabi pernah melakukan sholat di suatu tempat, maka Ibn Umar akan sholat di tempat yang sama, sebagaimana Nabi berdoa dan makan seperti itupula Ibn Umar berdoa dan makan. 

Dengan hati yang terbakar Abdullah bin Umar mendatangi anaknya yang seorang faqih Bilal bin Abdullah bin Umar, dan mencercanya. “Aku telah menyampaikan kepadamu Hadits dari Rasulullah akan tetapi engkau justru berani (membantah)!” marah Ibnu Umar karena mendapati ucapan Bilal anaknya yang menyelisihi Nabi.

Hari itu Ibnu Umar menyampaikan hadits
إذا استأذنت احدكم امرأته إلى المسحد فلا يمنعها
“Jika istri kalian meminta izin pergi ke masjid, maka janganlah menghalangi”
Tetapi dengan mengejutkan Bilal bin Abdillah mengatakan
والله لنمنعهنّ
“Demi Allah, Aku akan melarang mereka”
Tanpa sempat Bilal bin Abdullah memberikan hujjah atas perkataanya. Ibnu Umar sudah terlanjur marah karena mendapati perkataan anaknya tersebut, bahkan muncul cercaan yang belum pernah orang mendengar dari lisannya yang mulia.

Tidak salah keduanya dalam hal ini, bilal seorang yang faqih memiliki pandangan tersendiri dari hadits yang disampaikan ayahnya, memperhitungkan dengan nash yang lain, dengan manfaat dan mudhorot hingga sampai pada pemahaman yang berbeda, namun pemahamannya itu tidak disampaikan dengan  bahasa dan cara yang baik, sehingga timbul reaksi keras dari ayahnya. Wallahu a’lam. Semoga ada manfaat yang dapat diambil dari kisah ini.

Khadijah Istri Teladan

Cemas dan penasaran, itulah yang terbesit di benak Khadijah binti Khuwailid saat sang suami Muhammad pulang dalam keadaan menggigil dan ketakutan. “selimuti aku, selimuti aku” pinta Muhammad dalam takutnya, tanpa banyak bertanya sang istri lantas menyelimutinya. Begitulah Khadijah istri Rasulullah yang mulia, kecerdasan dan kasih sayangnya nampak oleh siapa saja yang melihatnya.


Kecerdasan membuat ia memendam rasa ingin tahunya, tak tega rasanya mengejar pertanyaan ketika suami sedang gemetar ketakutan. Khadijah, bersamanya hilang setengah kesulitan. Barulah setelah ketakutan itu hilang, dari lisannya yang mulia Nabi menjelaskan apa yang telah dialaminya.
“Aku benar-benar menghawatirkan diriku” Nabi membagi beban kepada istrinya
Khadijah berkata dengan lembutnya “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena kamu adalah orang yang menyambung silaturahim, membantu orang lain, memberi mereka yang tidak mampu, memuliakan tamu, dan membantu saat tertimpa musibah”


kemudian Khadijah membawa beliau menemui Waraqah bin Naufal.
Khadijah adalah tempat Nabi berbagi masalah, tempat yang teduh saat hati terasa panas, tempat yang luas saat kesempitan menghampiri, sang istri adalah tempat dimana kepercayaan itu ada dan tempat untuk berbagi. Jika dewasa ini orang orang lebih suka pergi ke psikiater untuk berbagi dan menyelesaikan masalahnya, maka dimana pemeran khadijah pada hari ini?


Wanita mulia ini senantiasa menjadi sandaran nabi dalam lelahnya, hingga tahun-tahun kesedihan itu datang, 620 M tatkala mega merah itu mulai tampak, pertanda sang surya akan tenggelam, meninggalkan kesedihan dalam diri nabi, telah pergi sandarannya selama ini.. telah pergi cintanya... Khadijah Istri Muhammad


Ya Allah, Rahmatilah ibunda kami. Hanya kepada-Mu lah tempat bersandar.